Mewaspadai Mental Model Pemilih Pemula Sumatera Barat
Zulfikri Sasma Beberapa telaah kritis di jagad sosio-kritik kepemiluan Indonesia dijelaskan bahwa pemilih di Sumatra Barat merupakan pemilih yang unik. Keunikan ini dapat ditelusuri pada penyelenggaran pemilihan presiden (pilpres) satu dekade terakhir. Kemenangan calon presiden (capres) di Sumatra Barat selalu berbeda dengan kecenderungan daerah lain di Indonesia. Hal ini menarik untuk ditelusuri kembali ke masyarakat, terutama generasi muda, selaku pemilih pemula, bagaimana mental model pemilih Sumatra Barat? Apakah ada sistem kultural atau literasi politik terstruktur yang membentuknya? Titik fokus perhatian kepada pemilih pemula, dalam hal ini Gen Z dan milenial, didasarkan kepada kiprah pemilih pemula dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada 2024 sangat signifikan terhadap kemenangan pasangan calon (paslon). Tidak hanya pemilih, paslon yang menang pun didominasi oleh generasi muda. Misalnya Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung dan daerah lainnya. Sebagai salah seorang penyelenggara, penulis membawa catatan ini ke dalam agenda kerja penulis. Secara langsung penulis aktif mengamati bagaimana keunikan pemilih Sumbar itu sebenarnya. Sabtu malam, tanggal 19 Mei 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Barat meluncurkan tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2024, di Auditorium Kampus Universitas PGRI Padang. Peluncuran ini dihadiri Komisioner KPU RI, Betty Epsilon Idroos. Dalam sambutannya, Ketua KPU Sumbar, Surya Efitrimen, mengatakan tahapan pilkada sudah dimulai sejak 26 Januari 2024. Ada yang menarik dari peluncuran kali ini, yaitu mayoritas yang diundang untuk hadir adalah pelajar SMA dan mahasiswa. Ini merupakan upaya KPU Provinsi Sumbar untuk mengenalkan seluruh tahapan penyelenggaran Pilkada kepada generasi muda, baik Gen Z maupun milenial. Sebelumnya KPU Provinsi Sumatera Barat juga telah melaksanakan Jambore Demokrasi Pelajar. Peran Generasi Muda Generasi Muda, baik Gen Z maupun milenial, ialah generasi yang lahir tahun 1980-an hingga tahun 2000-an. Generasi ini juga disebut sebagai generasi yang menentukan masa depan, tentunya dengan kemudahan yang didapat saat ini, dimana semua informasi apapun yang dibutuhkan bisa didapatkan dengan mudah melalui berbagai media yang tersedia. Generasi ini sangat akrab dengan teknologi, sehingga cenderung memiliki ide yang visioner dan inovatif. Internet adalah salah satu inovasi dari teknologi yang selalu diperbarui, menjadi alat yang siap mendukung kemudahan untuk segala jenis keperluan. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumbar jumlah pemilih terdaftar dalam Pilkada di Provinsi Sumatera Barat adalah 4.103.084 pemilih yang terbagi dalam 10.846 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dari jumlah itu, lebih dari 51 persen pemilih merupakan pemilih muda atau yang tadi kita sebut dengan Gen Z dan milenial. Inilah yang menjadi alasan penting mengapa KPU memberi ruang khusus untuk pemilih muda, dalam melakukan sosialisasi serta edukasi pendidikan pemilih, dengan melakukan kegiatan yang dirancang khusus untuk menghadirkan pemilih-pemilih muda dalam bentuk tatap muka atau kegiatan inovatif lainnya. Pemilih muda bukan hanya sekadar kelompok pemilih yang besar, tetapi juga kelompok yang memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif, demi suksesnya Pilkada Serentak Tahun 2024. Ada beberapa peran penting generasi muda dalam Pilkada serentak 2024. Pertama, pemilih muda cenderung lebih terbuka terhadap perubahan dan ide-ide baru. Mereka tidak hanya memilih berdasarkan tren, mobilisasi, atau politik identitas, tetapi juga berdasarkan program kerja dan visi-misi kandidat yang mereka anggap relevan dengan kebutuhan mereka. Kehadiran pemilih muda akan mendorong para calon pemimpin untuk lebih fokus pada isu-isu yang penting bagi mereka, seperti pendidikan, pekerjaan, teknologi, dan keberlanjutan lingkungan. Kedua, pilkada serentak adalah kesempatan bagi generasi muda untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Pemilih muda yang aktif memilih memiliki potensi untuk meningkatkan partisipasi politik di Indonesia. Hal ini juga bisa mengurangi tingkat non-voter atau lazim dikenal sebagai golongan putih (golput) yang tinggi di kalangan pemilih muda. Melalui media sosial, kampanye-kampanye yang lebih kreatif dan inovatif bisa menarik minat mereka untuk turut berpartisipasi. Ketiga, generasi muda merupakan pengguna utama media sosial, yang memberikan mereka platform untuk menyuarakan pendapat dan berdiskusi tentang calon pemimpin. Media sosial tidak hanya menjadi tempat untuk mencari informasi terkait pilkada, tetapi juga untuk melakukan kampanye dan memengaruhi orang lain dalam memilih. Oleh karena itu, peran pemilih muda juga sangat besar dalam menyebarkan informasi yang akurat dan mengedukasi sesama pemilih muda tentang pentingnya memilih pemimpin yang tepat. Keempat, pemilih muda biasanya lebih kritis dan berbasis data dalam mengambil keputusan politik. Dengan akses informasi yang semakin mudah, pemilih muda tidak hanya terfokus pada janji-janji politik, tetapi mereka juga lebih selektif dalam memilih kandidat berdasarkan rekam jejak, kompetensi, dan visi-misi yang relevan dengan tantangan zaman. Kandidat yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan pemilih muda akan lebih menarik perhatian kelompok ini. Kelima, pemilih muda juga menjadi pendorong inovasi dalam penyelenggaraan Pilkada itu sendiri. Mereka mendukung penggunaan teknologi dalam sistem pemilu, seperti pemungutan suara elektronik atau sistem transparansi yang lebih baik. Dengan kemajuan teknologi, pemilih muda bisa menjadi kekuatan yang mendorong perubahan dalam proses pemilu yang lebih efisien dan aman. Keenam, pemilih muda memiliki harapan besar terhadap pemimpin yang dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh generasi mereka. Isu-isu seperti pengangguran, akses terhadap pendidikan yang berkualitas, pemanfaatan teknologi, serta penyelesaian masalah sosial dan lingkungan akan menjadi penentu dalam pemilihan mereka. Oleh karena itu, pemilih muda berpotensi memilih pemimpin yang lebih progresif dan mampu membawa perubahan untuk masa depan yang lebih baik. Ketujuh, dengan semakin banyaknya pemilih muda yang terlibat dalam Pemilihan Serentak 2024, hal ini juga akan memengaruhi budaya politik di Indonesia. Mereka akan membawa ide-ide segar, keterbukaan, dan keberagaman dalam diskursus politik. Sikap kritis dan terbuka terhadap perbedaan pendapat dapat mendorong terciptanya diskusi yang lebih sehat, serta memupuk sikap saling menghargai dan toleransi dalam politik. Pada akhirnya dapat ditegaskan bahwa Pemilihan Serentak 2024 menjadi momen penting bagi pemilih muda untuk ikut serta dalam menentukan masa depan daerah mereka. Kehadiran mereka dalam proses demokrasi tidak hanya akan memengaruhi hasil pemilihan, tetapi juga berperan dalam menciptakan sistem pemerintahan yang lebih terbuka, inovatif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama generasi muda. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk terus mendorong pemilih muda agar aktif dan cerdas dalam memilih, serta berperan dalam menjaga keberlanjutan demokrasi di Indonesia.
Selengkapnya