Jadi Penyelenggara? Kenapa Tidak!

Fitria Diane Pratiwi Syukri

Suasana pemilihan mulai terasa, terutama dari apa yang saya amati di kota saya. Spanduk, poster serta pamflet ajakan para kandidat menempel di berbagai sudut kota. Termasuk ajakan untuk terlibat sebagai penyelenggara pemilihan di tingkat kelurahan pada pemilihan kepada daerah yang saya baca di akun media sosial milik KPU Kota Padang Panjang.

"Wah, patut dicoba”, saya pikir. Pengalaman saya sebagai penyelenggara di tingkat TPS sejak Pemilu 2004 dapat menjadi modal utama. Naik tingkat sebagai Panitia Pemungutan Suara di Tingkat Kelurahan sepertinya akan menjadi pengalaman baru bagi saya. Seluruh tahapan selesi dilalui mulai pendaftaran melalui aplikasi SIAKBA dengan mengunggah dokumen yang dipersyaratkan, kemudian menyerahkan dokumen cetak ke sekretariat KPU Kota. Setelah dinyatakan lulus administrasi dan uji wawasan melalui CAT, saya pun lanjut ke tahapan wawancara sampai akhirnya saya terpilih sebagai anggota PPS pada Pemilihan Serentak tahun 2024 di Sumatera Barat menjadi operator data yang banyak berperan dalam mengelola data di tingkat kelurahan.

Pasca pelantikan, saya dan teman-teman langsung disibukkan dengan berbagai tugas sebagai PPS di kelurahan. Di mulai dari pendaftaran calon PPDP atau Pantarlih Pilkada Serentak 2024, menyeleksi berkas dan mencek keanggotan mereka di partai politik serta menetapkan hasil seleksi petugas pemutakhiran data pemilih, hingga melaksanakan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih dari bulan Juni sampai Juli 2024.

Pengalaman lain sebagai PPS Pilkada 2024 adalah menjadi penyelenggara Pemungutan Suara Ulang (PSU) anggota DPD sebagai tindak lanjut keputusan Mahkamah Konstitusi yang dilakukan bulan Juli 2024. Sebagai PPS, kami harus menugaskan kembali KPPS Pemilu 2024 di seluruh TPS beserta beberapa rutinitas PSU yang harus dilakukan  hingga larut malam termasuk mengikuti bimbingan teknis karena ada perubahan regulasi yang harus dipahami.

Sebagai PPS Pilkada 2024 yang bertugas sebagai operator data, saya pun mengikuti berbagai kegiatan seperti rapat koordinasi penyusunan daftar pemilih , rapat pleno rekapitulasi, pleno rekapitulasi DPS serta rapat kerja pelaksanaan pilkada. Saya dan rekan-rekan PPS juga aktif memberikan unggahan terkait penyelenggaraan di akun media sosial PPS seperti himbauan cek status pemilih di website cekdptonline.kpu.id.

PPS pun wajib melakukan uji publik DPS di kelurahan dilanjutkan dengan penempelan DPS di ruang terbuka masyarakat. Usai melaksanakan uji publik DPS, dilanjutkan dengan rapat pleno terbuka penetapan Daftar Pemilih Tetap. DPT yang telah ditetapkan melalui rapat pleno segera ditempel di seluruh RT dalam kelurahan. Kegiatan ini didampingi oleh PKD serta Panwascam.

Tugas selanjutnya adalah tahap perekrutan KPPS Pilkada 2024, Bimtek Pengawasan Internal Badan ad hoc. Tak lupa pula sosialisasi pilkada kepada masyarakat terus dilakukan dengan berbagai metode seperti: door to door, blusukan, mengadakan senam sehat dan mengadakan berbagai lomba. Kami mendatangi banyak daerah termasuk daerah terjauh Pondok Kapur di atas Bukit Tui, memasang berbagai APK (Alat Peraga Kampanye) di beberapa tempat yang kami datangi.

Saya juga mengikuti ToT sebagai persiapan PPS melaksanakan bimtek untuk KPPS, melantik KPPS dan akhirnya di hari Rabu pada 27 November 2024 pemungutan suara Pilkada Serentak Tahun 2024 dilaksanakan.

Rasanya wajar kalau selama bertugas sebagai PPS cukup melelahkan. Memang, di awal saat pelantikan telah disampaikan bahwa bekerja sebagai penyelenggara pemilu harus siap tanpa mengenal jam kerja. Termasuk tidak mengenal tanggal merah di kalender. Harus pintar-pintar membagi waktu agar efektif dan efisien. Bijak mengatur skala prioritas pekerjaan. Bahkan, saya juga berkerja di instansi pemerintah yang mengharuskan hadir setiap hari. Nah, itu pula yang menjadi perhatian komisioner yang pada akhirnya meloloskan saya menjadi anggota PPS. Dengan komitmen yang sudah saya sepakati dan saya sanggupi, tentu saja saya harus konsisten dengan janji tersebut dan saya akan berusaha membagi waktu secermatnya agar pekerjaan bisa diselesaikan sesuai target.

Bagi teman-teman yang berniat untuk menjadi penyelenggara ad hoc baik di tingkat KPPS, PPS atau PPK, harus memahami tugas pokok dari pekerjaan sebagai penyelenggara pemilu. Badan ad hoc ini memiliki tugas yang cukup penting selama pemungutan suara. Fungsi utamanya menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara. Kita harus menjunjung etika sebagai penyelenggara, sekaligus mengemban asas mandiri dan adil, tertib jujur hingga profesional. 

Ada yang menarik di media sosial. Selama masa pemilu, banyak konten-konten terkait kepemiluan terutama unggahan yang menampilkan narasi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Banyak yang mengira petugas KPPS dianggap sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Narasi tersebut banyak bermunculan usai pelantikan sebagai petugas KPPS.

Di salah satu unggahan yang lain, warganet membagikan candaan yang menganggap petugas KPPS sebagai menantu idaman. Alasannya karena memiliki gaji harian yang lebih besar. Tidak dapat dipungkiri, dan tidak bisa dibilang naif tentunya, terkait niatan untuk bergabung menjadi penyelenggara pemilu tidak lepas dari motif ekonomi, yaitu mencari penghasilan tambahan.

Kenyataannya memang demikian, dimana honor sebagai penyelenggara pemilu bisa menjadi menyokong perekonomian meskipun bisa dibilang tidak terlalu besar. Namun terkadang hanya faktor ekonomilah yang bisa dianggap sebagai keuntungan bergabung menjadi penyelenggara pemilu. Padahal masih banyak faktor lain yang bisa dikatakan menjadi keuntungan bagi penyelenggara pemilu. Misalnya, sebagai penyelenggara kita mendapatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola manajemen organisasi yang didapatkan melalui bimtek dan pelatihan.

Pengalaman menjadi anggota PPS tentunya dapat menjadi portofolio atau track record pribadi pernah berkiprah di kegiatan penyelenggaraan pemilu. Kendati bertugas sebagai penyelenggara pemilu bersifat ad hoc atau sementara, akan tetapi rasa bangga telah berkiprah sebagai penyelenggara pemilu tidak bisa disembunyikan. Tentunya akan menjadi bagian dari kenangan hidup bahwa saya sempat berdarma bakti kepada negara dan bangsa Indonesia.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 54 Kali.